Gambar di atas adalah foto salah satu guru saya sewaktu SMA, sekaligus sebagai pembina pramuka di sekolah.
Pahlawan tanpa tanda jasa, itu yang terukir dalam benak saya semenjak dari kecil dahulu. Berkat jasa para guru sehingga kita mampu menulis, membaca, berhitung dan mengerti akan arti sopan santun dan tahu bagaimana semestinya menjadi warga negara yang baik.
Guruku adalah pahlawanku itu adalah judul yang sangat pas untuk mengungkapkan betapa besarnya jasa-jasa mereka sehingga kita yang dulunya tidak tahu sama sekali menjadi tahu, dahulu tidak mengenal sesuatu menjadi mengenal sesuatu. Saya teringat dengan seluruh guru-guru saya mulai dari tingkat SD hingga sekarang duduk dibangku perkuliahan, wajah-wajah mereka yang kadang kala kelelahan mengajari kami, kadang pula sedang sakit namun mereka meluangkan waktu mereka demi kami siswa-siswinya agar kelak bisa menjadi orang yang bermanfaat. Guru sangat berperan dalam pendidikan sebagaimana dijelaskan pada peran guru dalam peningkatan mutu pendidikan.
Mengingat kisah-kisahku bersama guru-guruku yang begitu gigih mengajari kami, mentransfer ilmu yang mereka miliki agar kami bisa menerimanya dan bisa mengamalkannya. Meskipun guru itu adalah manusia biasa yang tentunya memilki karakter yang berbeda-beda, ada yang lembut menghadapi siswanya, ada yang keras, ada yang sangat disiplin, dan masih banyak karakter yang berbeda, apapun itu guru patut untuk dikenang dan terus diingat jasa-jasa mereka sebagaimana lirik lagu "Jasamu tiada tara", karena dengan gaji yang sebenarnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan harian mereka untuk sejahtera dan tentram dalam mengajar, namun mereka tetap berjuang dan bersemangat mendidik siswa-siswinya.
Foto di samping ini adalah wajah-wajah adik kelas saya beserta salah
seorang pahlawan pendidikan, mereka memang sosok yang patut dijadikan
contoh, ingin membaur dengan anak didiknya tanpa dibentengi oleh jarak
yang bisa menimbulkan ketidakakraban guru dan anak didiknya, sebab
mereka memang pengganti orang tua kita setelah meninggalkan rumah.
Salah satu nama yang selalu di sebut-sebut sebagai tokoh pendidikan Indonesia sejak saya kecil yaitu Ki Hajar Dewantara, meskipun belum pernah bertemu dengan beliau namun saya sudah mengenal namanya sejak di bangku SD, memang jika seorang pahlawan pasti di kenal meskipun tak pernah bertemu, pahlawanku bagiku engkau hidup dalam setiap perjuangan guru-guru untuk mencerdaskan bangsa.
Kemajuan pendidikan di Indonesia sudah baik, ada banyak generasi muda di Indonesia yang berhasil meraih medali atas prestasinya karena pendidikan dan seluruhnya adalah berkat jasa seorang guru, banyak pula tokoh-tokoh terkenal di dunia ini yang sebenarnya berasal dari Indonesia yang sudah pindah kewarganegaraan menjadi warga negara lain karena kemampuan dan keilmuan yang mereka miliki, sehingga mereka sangat dibutuhkan di negara lain yang kemudian bekerja di sana, Dalam kenyataannya guru benar-benar pahlawanku, pahlawan kita semua, tanpanya kita tidak bisa menjadi apa-apa. Seorang Habibie, yang sangat jenius menjadi seperti sekarang karena jasa guru, seorang Almarhum KH. Zainuddin. MZ, da'i kondang milik rakyat Indonesia karena jasa guru, seorang SBY yang kini berada pada posisi teratas kenegaraan Indonesia yaitu presiden karena jasa guru, Agnes Monica yang memiliki vocal yang sudah di akui dunia berkat guru, seorang Jusuf Kalla pengusaha yang sukses dan kaya raya berhasil karena jasa guru, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, dan tanpa ketinggalan adalah saya sendiri yang sudah mampu menulis postingan tentang Guruku adalah Pahlawanku karena jasa seorang guru. Terima kasih guru.
Menjadi seorang guru adalah sebuah cita-cita yang luhur karena mereka ujung tombak dalam menciptakan generasi yang unggul, ada banyak guru yang rela menghabiskan waktu dan sisa hidupnya untuk membagikan ilmunya kepada anak-anak didiknya, bahkan banyak pula guru yang hidup tidak layak sebagaimana kehidupan yang selayaknya untuk ukuran manusia, ada yang hanya memiliki rumah beralaskan tanah, berdindingkan papan, beratapkan rumbia, terutama mereka guru-guru yang berstatus sukarelawan yang tidak digaji menetap oleh pemerintah selayaknya PNS.
Nah..saya ingin berbagi foto-foto guru saya semasa SMA, sebab sewaktu SD saya belum mengenal kamera dan belum ada HP yang difasilitasi dengan kamera sehingga bisa menyimpan momen bersama guru-guru, sehingga saya hanya bisa menampilkan foto-foto SMA saya.
Mereka inilah beberapa guru saya yang menjadi pahlawanku.
Saya salut kepada seluruh guru dimanapun mereka berada, segala jerih payahnya tidak mengharapkan pamrih kepada siswa-siswanya yang mereka sendiri tidak tahu akan jadi apa anak didiknya kelak, mereka ikhlas membagi ilmunya dan mereka ikhlas mendidik mereka menjadi manusia yang berakhlak. Terima kasih untuk para pahlawanku, karena memang sangat patut saya katakan bahwa Guruku adalah Pahlawanku.
Jika memperhatikan foto tersebut di atas, para pejuang perempuan memang amatlah banyak, perempuan-perempuan indonesia banyak yang menjadi guru sebagai profesinya, padahal tanggung jawabnya dalam keluarga tidak kalah besarnya sehingga memang mereka ini sangat patut menjadi pahlawan. Ketika subuh menjelang ibu-ibu guru ini sudah bangun untuk menyiapkan makanan bagi keluarganya, membersihkan, mengurusi anaknya yang ingin ke sekolah, mengurusi suaminya yang ingin ke sekolah,
belum lagi harus mengurusi dirinya terlebih dahulu, mengurusi rumahnya sebelum di tinggalkan menuju tempat pengabdiannya, setelah itu barulah mereka berangkat menunaikan kewajibannya sebagai pendidik. Sesampainya di sekolah langsung bercengkrama dengan anak-anak didiknya dari kelas yang satu ke kelas yang lain, dari pagi hingga siang bahkan sampai sore hari. Setelah sampai di rumah merekapun harus mengurusi rumah tangganya kembali dan mengerjakan tugas dari sekolah yang belum terselesaikan yang terkadang menyita waktunya hingga menjelang larut malam. Namun mereka tetap mampu melakukan hal itu semua, karena mereka punya semangat, kamauan dan jiwa yang luhur untuk sebuah pengabdian. Terima kasih guru, engkau pahlawanku.
Mengamati perkembangan pendidikan di Indonesia, sudah sangat patut di acungi jempol, meski di media baik cetak maupun elektronik masih terdapat segelintir warga Indonesia yang karena jarak dan kondisi daerahnya tidak terjamah oleh pendidikan, namun masih ada guru yang rela memperjuangkan mereka dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan menempuh jarak yang jauh demi menjangkau siswa-siswinya walau dengan kondisi yang kurang layak dikatakan sekolah namun mereka tetap mampu berjuang mentransfer ilmu yang mereka miliki. Saya amat salut kepada mereka, guruku adalah pahlawanku. Dibalik itu semua terima kasih kepada pemerintah yang terus memperhatikan nasib guru di Indonesia dengan memberikan tunjangan sertifikasi demi mensejahterakan guru dan mampu meningkatkan skill guru-guru agar lebih profesional menggeluti bidangnya, kemudian terima kasih pula atas segala bantuan sarana dan prasarana pendidikan yang terus ditingkatkan sehingga sekolah-sekolah kini sudah sangat membantu siswa-siswi untuk mengembangkan pengetahuan dan kreativitas mereka.
Dahulu peran guru sangatlah berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat, misalnya saja ketika petani ingin bercocok tanam atau membuka lahan, mereka sebelumnya menghadap kepada guru untuk mendapatkan pencerahan sebaiknya harus bagaimana. Orang yang sakit dibawa kerumah sang guru untuk ditanyai perihal kira-kira sakit apakah gerangan yang menimpa anggota keluarganya dan mesti diberi apa agar sembuh. Orang yang ingin membangun rumah, sebelumnya ke rumah guru untuk bertanya sebaiknya dibentuk dan dibuat bagaimana agar rumahnya bagus. Nah betapa besar peranan dan berartinya guru pada zaman dahulu. Saya salut kepada guru, dan bahkan sampai kinipun hal itu masih berlaku di sebagian masyarakat kita, bisa di bayangkan betapa besar peranan guru.
Terlepas dari konteks di atas, saya kembali mengulas sedikit mengenai guru secara formal, yakni sebagaimana guru menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Dari pengertian di atas, bahwasanya guru adalah pendidik profesional dalam artian untuk menjadi seorang guru haruslah melalui jalur formal yang dibuktikan dengan ijazah yang diperoleh, sesuai dengan bidangnya. Untuk zaman sekarang guru sangat di tuntut secara profesional terkait adanya tunjangan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk sertifikasi, dengan gaji yang lumayan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan pengetahuan seorang guru.
Dalam melaksanakan tugasnya mendidik di sekolah, guru diharuskan membuat RPP, Silabus, Prota, Promes, daftar nilai, dan sebagainya yang menunjang keberlangsungan pembelajaran siswa di sekolah, setelah itu dilakukanlah kembali analisa atas hasil pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga tugas guru sebenarnya berat, dan dalam pengajaran bukan hanya mentransfer ilmu yang mereka miliki tetapi harus mampu memberikan nasihat, mencurahkan segenap kasih sayangnya kepada anak didiknya selayaknya anak kandungnya sendiri. Tugas guru memang mulia.
Ketika terjadi tawuran yang marak terjadi akhir-akhir ini, semua itu tidak boleh serta merta menyalahkan guru yang dianggap tokoh teladan dan menjadi panutan di sekolah yang berarti tidak berhasil mendidik dan membimbing siswa-siswinya, sebab sebenarnya kejadian seperti ini banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah : Faktor Internal dan Faktor Eksternal sebagaimana yang telah saya posting, Peran Guru dalam meredam Tawuran. Bahwa sebenarnya setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki masalah yan berbeda-beda sehingga ketika kembali di lingkungan sekolah, maka segala problematika yang terjadi dari tiap individu baik masalah dari dirinya sendiri, persoalan keluarga, tidak mungkin bisa di jangkau oleh gurunya satu persatu, melainkan guru bisa menjadi sosok inspiratif, sosok pemberi semangat bagi siswa- siswinya.
Menyoal kembali masalah tawuran, saya sama sekali tidak sependapat jikalau dikatakan bahwa terjadinya tawuran akibat dari guru yang tidak "becus" membimbing, mengarahkan, melatih siswanya, sebab guru sebenarnya sudah melaksanakan tugas sebagaimana aturan yang ada, meskipun sebenarnya dalam kenyataan yang ada tidak semua guru bisa melaksanakan kewajibannya sebagaimana beban yang diamanahkan kepadanya.
Saya kembali mengingat masa-masa saya bersekolah dahulu, bahwa memang ketika minat kita yang kurang untuk menuntut ilmu bisa menyebabkan kejenuhan, stres karena belajar yang terlalu lama belum lagi jika di bebankan Pekerjaan Rumah yang harus diselesaikan secepatnya. huft memanglah berat rasanya. Namun bagi saya hal itu adalah sebuah tantangan dan harus bisa saya lewati karena bisa terasa nikmat jika bisa melaluinya. Tapi apakah yang saya rasakan sama dengan yang di rasakan oleh orang lain, tentunya tidak karena manusia terlahir dengan karakter yang berbeda-beda sehingga bisa saja sistem di sekolah yang memicu anak didik untuk tawuran untuk menumpahkan rasa lelah dan kesalnya terhadap sistem yang terbangun, apalagi ketika harus datang ke sekolah pagi hari dan pulang sore hari boleh dikata tidak ada kesempatan untuk bercengkrama dengan dunia luar.
Nah..justru di sinilah peran besar orang tua di rumah untuk mengedukasi anaknya dengan berkomunikasi yang baik kepada anak dan anak harus diberikan penyaluran-penyaluran yang postif, jangan hanya menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada guru dan setelah pulang dari sekolah hanya di biarkan saja tanpa diberikan perhatian dan tanpa komunikasi yang baik kepada anak. setelah pulang dari sekolah sudah menjadi tanggung jawab dari orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anaknya termasuk mengawasi aktivitas anaknya dan terlibat dalam pengerjaan PR anaknya, sebab guru tidak mungkin bisa mencurahkan 100 % energi yang dimilikinya kepada anak didiknya.
Guru adalah musafir tiada lelah yang berjalan tegap menerobos kegelapan sambil membawa pelita untuk
mencerahkan dunia serba gelap itu...Salam pencerahan untuk seluruh
pengajar dan kaum terpelajar Indonesia....
Guruku adalah Pahlawanku.
Postingan ini diikutsertakan dalam lomba blog Gerakan Indonesia Berkibar