Kematian yang Indah adalah judul yang sengaja saya angkat sebagai bentuk rasa terharu sekaligus kagum terhadap orang-orang yang telah mengalami perpindahan alam dalam keadaan yang indah.
Ada 2 orang yang menjadikan saya sangat terjadru dengan kisahnya dikala hidup hingga meninggalkan dunia ini berdasarkan cerita dari orang-orang terdekat dan orang-orang yang mengenalnya.
Kisah pertama yang datangnya dari tetangga saya sendiri.
Tetangga saya adalah seorang ayah dari 9 anak yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan, ketika azan di masjid menggema maka dengan segera ia pergi ke masjid untuk berjamaah ketika situasinya memungkinkan dan jika tidak sempat ia shalat di rumah atau di tempat kerjanya, sosok pendiam dan sangat sederhana, santun dan perhatian serta pengertian adalah kepribadian ayah sembilan anak tersebut.
Ketika itu bulan ramadhan, ia diberi amanah oleh warga untuk memasang paving blok jalan raya dekat rumah dengan bayaran tentunya. Mencari sesuap nasi untuk keluarganya bukanlah hambatan baginya untuk tidak berpuasa di tengah teriknya matahari dan dahaga serta lapar yang ia rasakan, dan ketika waktu shalat datang ia langsung bergegas shalat (tidak menyianyiakan waktu yang ada).
Terhadap tetangga ia dikenal santun, ramah, sabar, dan perhatian. Ia pun dikenal sebagai pekerja keras dan telaten dalam bekerja, sehingga banyak orang yang mempercayakan bapak tersebut menjadi tukang atau buruh bangunan. Boleh dikata bahwa hidupnya sangatlah sederhana sekali dan beralaskan tanah yang melindungi anak-anaknya yang hidup dalam rumah ukuran kurang lebih 6 kali 8 meter bahkan ketika hujan maka banjir menghiasi rumah yang ia kontrak kurang lebih 2 tahun lamanya.
Suatu malam menjelang takbiran setelah pekerjaannya selesai, ia jatuh sakit (demam melandanya), ia berpesan pada istrinya untuk membawanya malam itu juga ke kampung halamannya, karena dirinya merasa sangat rindu dengan kampung halaman dan sanak keluarganya yang ada disana. Sang istri keliling mencari kendaraan, tak ada yang ia dapati sehingga ia pun berinisaatif menelfon taxi untuk menjemput mereka. Setelah taxi datang maka kedua orang tua ini kemudian berangkat menuju ke kampung halaman yang jaraknya ratusan kilometer dari tempat tinggal mereka.
Setibanya dikampung halaman tersebut ia langsung meminta istrinya membawanya bertemu saudara-saudaranya dan melihat mereka satu persatu kemudian terbaring lemah di atas kursi dikelilingi oleh keluaranya kemudian berpesan kepada mereka bahwa dirinya sudah akan pergi menghadap Sang Khalik, kemudian ia berpesan kepada mereka yang ada dengan berkata "jagalah shalat kalian", karena shalatlah yang mengantarkan kita ke pintu surganya Allah, jangan tinggalkan shalat. Kemudian sang ayah dari 9 anak tersebut melihat ke arah yang nampaknya tak ada orang di sana kemudian menghitung dengan hitungan satu hingga sembilan kemudian mengatakan, semua sudah lengkap dan tidak lama lagi saya akan berangkat, jaga diri kalian, dan jaga shalat kalian. Tak lama setelah berkata demikian sang ayah mengucapkan kalimat syahadat dengan lembut kemudian menutup matanya. ucapan yang keluar dari mulut seluruh yang ada di sekelilingnya adalah " Innalillahi Wa Innailaihi raji'un"
Kemudian saya melanjutkan ke kisah kematian yang kedua, dari seorang guru berinisial pak S. seorang guru di Sekolah Menengah Atas.
Pak S. adalah seorang guru geografi yang sangat santun, penyayang dan perhatian kepada anak didiknya. Di rumah ia adalah teladan bagi kedua anak, istrinya. Dimata tetangganya ia seperti ustadz yang tidak putus beribadah dan gemar memberi sedekah kepada orang lain, ketika tangan kanannya memberi maka tangan kirinya tidak mengetahuinya. Gemar bersedekah, gemar berbagi dan gemar bercocok tanam dan berbagi apa saja kepada orang lain. Ia sangat menjaga kehormatan istrinya dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya sebagaimana ketika istrinya di tanyai, apakah mereka pernah bertengkar, mak si istri berkata bahwa sama sekali sejak menikah hingga waktu ia ditanya tidak pernah bertengkar dan selalu harmonis.
Di sekolah ia adalah sosok guru favorit bagi anak-anak di sekolah dan sosok teman yang sangat baik dan bersahaja bagi teman-teman seprofesinya serta bawahan yang paling baik bagi kepala sekolahnya. Ketika ada anak yang sangat nakal dan tidak bisa di atasi oleh guru-guru yang lain, maka dirinyalah yang akan menjadi guru terakhir yang akan menasehati anak yang bandel atau nakal tersebut. Senakal dan sebandel bagaimanapun anak didik yang sekolah di sana, menurut penuturan siswa dan guru-guru di sana ketiak di tangani oleh beliau pasti akan luluh dan menjadi baik.
Cara yang khas dari Pak S. dalam menangani siswanya yang bermasalah adalah dengan mengusap-usap punggung si anak dengan memberikan sentuhan kasih sayang dan suara lembut kemudian di beri kesempatan untuk mengungkapkan penyebab si anak menjadi berontak atau nakal, setelah itu ia memberikan uang kepada anak tersebut, ntah apakh di suruh makan, di suruh beli buku dan sebagainya.
Bapak S. kerap kali memberi bantuan kepada orang-orang yang kurang mampu, memberi makan kepada mereka yang membutuhkan, memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan bantuannya tanpa berhitung lama. Terutama terhadap keperluan masjid dan untuk anak yatim piatu tak luput dari bantuannya. Jika tetangga mengadakan hajatan maka dialah orang yang paling aktif membantu, paling rajin menyumbang. Ia pun rajin bercocok tanam dekat rumahnya, dimulutnya hanya terdengar lantunan ayat-ayat Allah atau bercanda dengan temannya saja, ia tidak suka berbicara yang tidak penting dan menimbulkan dosa dan fitnah.
Suatu sore, Pak. S, tiba-tiba demam tinggi dan jatuh sakit tanpa di duga sebelumnya karena tidak ada riwayat penah sakit sebelumnya. Ia oleh tetangga di bawa ke rumah sakit yang tidak jauh dari rumahnya. Setibanya di Rumah Sakit ia langsung di masukkan ke UGD dan mendapatkan pertolongan pertama oleh dokter, diberinya tabung oksigen, selang infus dan sebagainya. Ketika itu ia masuk sore hari sehingga bertemu dengan waktu shalat maghrib di Ruang UGD. Pak. S berontak dan membuka selang-selang yang ada di tubuhnya dan bersikukuh ingin ke masjid untuk melaksanakan shalat maghrib di masjid karena memang dia adalah orang yang sangat taat beribadah semenjak SMP menurut penuturan istrinya dan ia tidak pernah sama sekali meninggalkan waktu shalatnya.
Pak S. memang berada di rumah sakit dalam perawatan UGD, namun banyak tetangga yang melihat Pak S, berjalan menuju ke masjid dekat rumahnya untuk menunaikan shalat, dan menurut pak imam yang menjadi imam shalat maghrib itu, memang dirinya imam tapi entah mengapa dia merasakan dan melihat bahwa Pak. S menjadi imam dirinya, berdiri di depan dan ketika usai shalat ia pun mengaji namun suara yang terdengar adalah suara pak S. padahal dalam kenyataannya Pak. S sedang di ruang UGD. Namun apa yang terjadi di ruang UGD ?? ternyata petugas dan dokter yang melihat Pak. S sudah menyatakan pak S. meninggal dunia di sebabkan karena tiba-tiba badan Pak. S sudah kaku, dan wajahnya sudah seperti tidak di aliri oleh darah kemudian nafasnya sudah tidak ada. selang sekitar 15 menit selang kejadian itu tiba-tiba jasad Pak. S kembali lemas dan alat-alat yang dipasangkan di badannya kembali berfungsi sebagaimana saat ia pertama masuk, dan wajahnya tidak pucat lagi. Menurut tetangganya, berarti jiwa Pak. S sebelumnya pergi melaksanakan shalat di masjid tempat ia shalat kemudian setelah shalat maka jiwanya kembali ke ruang UGD sehingga ia kembali hidup.
Sekitar pukul 12.00 Pak. S terbangun dan memandangi orang-orang yang ada di sekelilingnya, kemudian ia menyuruh sang istri mendekatkan telinganya ke mulutnya, lantas ia berkata kepada sang istri "tolong lanjutkan anak mengajiku", maksudnya adalah Pak. S selain guru di sekolah, ia pun seorang guru mengaji di masjid dekat rumahnya, sehingga ia mengamanahkan kepada istrinya untuk melanjutkan apa yang pernah dikerjakan suaminya yaitu mengajar mengaji di Masjid. Hanya itu yang terakhir di sampaikan sang suami kepada istrinya, kemudian membaca syahadat lalu pergi meninggalkan dunia ini.