Setelah usai presentase tentang judul di bawah ini, dosen memberikan tugas sebagai catatan kaki dan inilah jawaban dari kelompok kami..
FOOTNOTE
PRESENTASI KELOMPOK
A TWIN –STUDY OF GENETIC
CONTRIBUTIONS TO HEARING ACUITY IN LATE MIDDLE AGE
1. Bagaimana
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut
2. Kasus:
Bila Ira berasal dari daerah lingkungannya berbicara dengan frekuensi bunyi
normal 18 dB , kemudian dia menikah dengan orang Sidrap yang memiliki frekuensi
bunyi berbicara diatas dari kebiasaan Ira sebelumnya, jika Ira berada dalam
lingkungan suaminya secara terus menerus, apakah Ira akan menderita tuli alias
sudah tidak biasa mendengar suara yang normal karena terpapar lingkungan yang
bising?
< Jawaban>
1. Kesimpulan
·
Hasil menunjukkan adanya pengaruh faktor
genetik dan lingkungan yang memegang peranan penting terhadap hilangnya
kemampuan mendengar yang diperlihatkan pada kelompok pasangan kembar
·
Penelitian ini menunjukkan korelasi
intraclass kembar untuk ketajaman mendengar pada pasangan kembar MZ dan DZ.
Dimana korelasi antara ambang pendengaran untuk telinga dengan pendengaran yang
lebih baik untuk kedua rentang frekuensi adalah ± dua kali lebih besar untuk
kembar MZ dibandingkan kembar DZ. Ini menunjukkan bahwa factor genetik
mempengaruhi ketajaman pendengaran pada kelompok usia tersebut.
·
Terdapat pengaruh genetik spesifik untuk
masing-masing rentang frekuensi yang mempengaruhi ketajaman pendengaran untuk
frekuensi menengah dan frekuensi tinggi. Dimana Kontribusi genetik pada
Frekuensi tinggi (B), yang mirip dengan varians fenotipik menyumbang efek 53%
dan 66% (masing-masing varians), Pada frekuensi tengah (A), efek menyumbang 45%
dan 65% untuk telinga dengan pendengaran
kurang maupun yang baik.Efek aditif genetik Dalam model C dan D meliputi 70% dan 68% dari
varians fenotipik untuk telinga dengan pendengaran yang lebih baik pada masing2
frekuensi tengah dan tinggi. Sebaliknya, untuk telinga dengan pendengaran yang
kurang, efek genetik menyumbang 41% dan 54% dari varians pada masing2 frekuensi
menengah dan tinggi.
·
Dalam penelitian ini Faktor lingkungan
juga memiliki berkontribusi dalam menurunkan ketajaman pendengaran karena laki-laki
menjadi lebih mungkin terpapar efek bunyi mesin keras dalam lingkungan pekerjaan yang akhirnya mempengaruhi gangguan pendengaran.
2.
Ira
mengalami Gangguan pendengaran
Tuli atau gangguan dengar
dalam kedokteran adalah kondisi fisik
yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan
suara. Untuk kasus demikian, perlu diketahui
seberapa lama tingkat keterpaparan terhadap suara yang melebihi batas normal ia
dengarkan setiap hari, dan perlu pula di ketahui seberapa tinggi intensitas
suara yang sering di dengarkan oleh ira.
Tingkat
desibel (dB) dan bunyi yang berbahaya
|
|
Skala
desibel
|
Contoh bunyi
|
0
|
Bunyi terendah yang bisa didengar
manusia
|
10
|
Bernafas Normal
|
20
|
Berbisik dengan jarak sekitar 1.5
m
|
30
|
Perpustakaan yg tenang dan bisikan
lembut
|
40
|
Ruang tamu, kantor yang tenang,
kamar tidur jauh dari lalu lintas
|
50
|
Trafik ringan, suara refrigerator,
tiupan lembut
|
45-60
|
BabyPlus
ketika di dengar oleh bayi melalui perut ibu
|
60
|
AC berjarak sekitar 6 m,
percakapan, bunyi mesin jahit
|
70
|
Trafik yang sibuk, restoran ramai.
Pada skala decibel ini, suara akan menggangu pendengaran kita apabila terjadi
terus menerus
|
Zona
Berbahaya
|
|
80
|
Kereta bawah tanah, kemacetan di
kota, bunyi alarm berjarak 20 cm, suara pabrik. Suara-suara ini sangat
berbahaya apabila kita mendengar lebih dari 8 jam.
|
90
|
Suara truk, sepeda motor,
alat-alat rumah tangga bersuara keras, toko peralatan, pemotong rumput. Di
saat kekerassan suara meningkat, waktu “aman“ menurun; kerusakan bisa terjadi
di bawah 8 jam
|
95
|
Suara
aliran darah pada kandungan (maternal blood pulse)
|
100
|
Gergaji listrik, bor mesin
|
110
|
Tempat bermain video games
|
120
|
Konser Rock di depan speaker, klub
kesehatan, studio aerobik, bunyi petir
|
130
|
Suara drum/ perkusi pada simponi,
balapan mobil
|
140
|
Bunyi tembakan, pesawat lepas landas
|
150
|
Suara jet, ledakan balon
|
160
|
Suara pistol
|
170
|
Suara senapan
|
180
|
Peluncuran roket
|
Information
provided by the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
Inc., Washington, D.C.1983 and League for the Hard of Hearing 1996-2003.
|
Sebagai contoh beberapa
kebisingan yang menyebabkan kebisingan yang kekuatannya diukur dengan dB atau
desibel adalah :
1. Orang
ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara
kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin
motor 5 pk = 104 dB
4. Suara
petir = 120 dB
5. Pesawat
jet tinggal landas = 150 dB
Ambang
batas maksimum yang aman bagi manusia adalah 80 desibel sehingga jika
lingkungan baru tempat tinggal ira memiliki tingkat suara melebihi 80 desibel
dan didengarkan terus menerus akan menyebabkan gangguan pendengaran terhadap
Ira yang sebelumnya tidak mendengarkan suara sebesar itu. Sebagaimana di
katakana dalam contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan kebisingan yang
kekuatannya di ukur dengan dB atau decibel di atas yaitu bahwa orang ribut/silat
lidah = 80 dB sebenarnya sudah batas maksimum yang aman dan jika kriteria suara
orang yang berada di lingkungan baru Ira melebihi suara orang ribut/silat lidah
maka akan menyebabkan ketulian kepada Ira.
Jika
merujuk Information provided by the American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery Inc., Washington, D.C.1983 and League for the Hard of Hearing
1996-2003. Zona berbahaya mulai masuk pada 80 dB yakni seperti Kereta bawah tanah, kemacetan di
kota, bunyi alarm berjarak 20 cm, suara pabrik. Suara-suara ini sangat
berbahaya apabila kita mendengar lebih dari 8 jam, dan ketika suara yang
didengarkan Ira akibat ributnya orang di lingkungan barunya setara dengan bunyi
suara pabrik atau seperti dalam suasana macet dikota, maka Ira berada dalam
zona tidak aman yang artinya akan mengalami gangguan pendengaran terlebih
ketika mendengarkan suara lebih dari 8 jam.
Kesepakatan para ahli
mengemukakan bahwa batas toleransi untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari,
sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras
selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian
akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari
oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran
yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan.
Kemungkinan
yang di alami ira adalah Temporary Threshold Shift (TTS) atau
kurang pendengaran akibat bising sementara (KPABS). Adalah efek
jangka pendek dari pemaparan bising, berupa kenaikan ambang
sementara yang kemudian setelah berakhirnya pemaparan terhadap bising akan kembali
normal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TTS adalah intensitas dan
frekuensi bising, lama waktu pemaparan dan lama waktu istirahat dari
pemaparan, tipe bising dan kepekaan individual.
Sehingga ketika Ira kembali ke
lingkungan tempat tinggalnya semula akan mengalami gangguan pendengaran karena
sudah terbiasa terpapar dengan suara-suara yang tinggi, sehingga dia perlu
melakukan penyesuaian dengan lingkungannya semula, dan ketika Ira ingin
mengembalikan pendengarannya, maka perlu waktu untuk kembali normal kembali.
0 komentar:
Post a Comment