Sunday, December 25, 2011

Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru

Konstrusksi Berfikir
 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru

Berbagai kemajuan telah dicapai, antara lain program DOTS dimana Indonesia hampir mencapai target 70/85, artinya sedikitnya 70% pasien TB berhasil ditemukan dan sedikitnya 85% diantaranya berhasil disembuhkan.(1) Laporan langsung dari beberapa Negara yang menggunakan DOT sebagai kunci keberhasilan dari komponen strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) direkomendasikan untuk digunakan diseluruh dunia oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam mengonrol dan mencegah penyakit TB Paru. (2)
  
Penemuan suspek tuberculosis didapatkan bahwa seluruh puskesmas penelitian melakukan secara pasif di tempat pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes dan waktu pelaksanaan puskesmas keliling.(3) Kami menemukan keunggulan dalam penemuan penderita TB Paru oleh perempuan di klinik dibandingkan laki-laki khususnya bagi anak mereka yang menunjukkan gejala-gejala terkena TB paru (4)

Faktor perilaku penderita ikut menentukan dalam keberhasilan pemberantasan TB Paru (5). Dalam hal perilaku minum obat secara teratur sebaiknya pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan pasien untuk minum obat (6)
  
Pengetahuan tentang TB paru dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memberi pengaruh positif dalam penyembuhan,(7) Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan ekonomi yang baik sangat mempengaruhi terhadap kemauan/kemampuan penderita dan keluarganya dalam upaya pengobatan (8)

Petugas kesehatan dalam proses penyembuhan melalui pengobatan dan perawatan dari para medis. Peran petugas kesehatan yang sering berinteraksi dan memiliki tanggung jawab dalam hal proses penyampaian informasi mengenai penyakit TB.Paru serta petugas kesehatan juga harus berperan aktif dalam pelaksanaannya bagi pasien dalam membantu proses pengobatan.(9) Efektivitas program pada DPS setelah menjalankan kemitraan dengan Puskesmas menjadi lebih baik. Karena semua suspek TB paru sudah diperiksa sputum, penderita TB yang ditemukan DPS sudah diobati dengan regimen yang benar. (10)
  
Referensi
  1. Tjandra Yoga A. Jurnal Tuberkulosis Indonesia : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia; 2006.
  2. Lindtjorn Bern, & Estifanos BS : Journal International : Determinants of Treatment Adherence Among Smear-Positive Pulmonary Tuberculosis Patients in Southern Ethiopia; 2004.
  3. Antony Syahrizal SY, Lutfan Lazuardi, Andajani Woerdanjari : Jurnal KMPK Universitas Gadjahmada : Implementasi Penemuan Suspek Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Pesisir Selatan; 2009.
  4. Nyirenda M, R. Sinfield, S. haves, et al. Journal international Lung Diseases : Poor Attendance at a Child TB Contact Clinic in Malawi; 2006.
  5. Sukana Bambang, Herryanto, Supraptini : Jurnal Ekologi Kesehatan : Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di kabupaten Tangerang; 2003.
  6. Hiswani. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat; 2004.
  7. Susani Rani. Jurnal Keperawatan : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas; 2008.
  8. Herryanto, Dede AM, Freddy M K. Jurnal Ekologi Kesehatan : Riwayat Pengobatan Penderita TB paru Meninggal di Kabupaten Bandung; 2004.
  9. Arifin Yasir. Jurnal Keperawatan : Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru tentang Keteraturan Minum Obat di Desa Pamah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang; 2009.
  10. Alex Prasudi. Action Research TB di Kabupaten Sleman; 2009.

0 komentar: