Thursday, December 8, 2011

Mencegah Lebih Baik dari Mengobati


Mencegah lebih baik daripada mengobati
Kata ini sangat relevan dalam kehidupan nyata kita yang kian hari masalah kesehatanpun semakin kompleks dengan banyaknya variasi penyakit yang muncul. Sebuah contoh hasil penelitian bahwa Indonesia hanya mampu mengatasi penyakit Hipertensi sebesar 1% saja, dan itu artinya seorang tenaga kesehatan masyarakat memang butuh perjuangan besar dalam mengajak masyarakat untuk mencegah penyakit Hipertensi dengan membangun perilaku Hidup sehat. diantaranya dengan mencegah makan yang berlebihan, olah raga teratur, hindarkan diri dari stres, tidak mengkonsumsi alkohol, dan sebagainya. Perlu pula diketahui bahwa penyakit tidak menular itu tidak dapat sembuh dan hanya dapat membuat miskin karena pengobatannya yang mahal dan terus menerus bahkan seumur hidup.

Fakta lain adalah seluruh negara telah sepakat bahwa pembunuh tunggal kematian dini adalah rokok sehingga kita sendiri sudah sangat kewalahan mengatasi masalah rokok ini, dimana kita ketahui Indonesia adalah penyumbang asap rokok terbesar urutan ketiga di dunia dan Indonesia pula yang menjadi urutan ketiga tertinggi kasus TBC di dunia.

Selain masalah di atas Indonesia di perhadapkan pada kenyataan bahwa penderita HIV/AIDS sulit tercapai penyababnya antara lain karena semakin maraknya industri seks dan penggunaan pengaman seperti kondom yang rendah sehingga penularannya makin pesat.Hal yang membuat miris adalah penderita HIV dari kalangan PSK sebanyak 400 orang namun Ibu Rumah Tangga sebanyak 2.000 orang yang artinya Ibu Rumah Tangga ini tertular HIV melalui suaminya yang telah positif HIV dan bagaimanakah anaknya kelak ??.

Beralih dari masalah di atas saya akan masuk ke fakta penyakit malaria, dimana prevalensi malaria 850 per 100.000 jiwa dan tertinggi itu di daerah Gorontalo, NTT dan Papua, dan angka spesifik kematian malaria adalah 10 dari 100.000 jiwa. Program penggunaan kelambu tidak berjalan dengan efektif kebanyakan karena faktor ketidakterbiasaan dan setiap daerah berbeda kebiasaannya, tidak seperti di Sulawesi Selatan yang mayoritas memang terbiasa berkelambu kalaupun sudah tidak berarti mereka sudah meninggalkan kebiasaan baik tersebut.

Berlanjut ke kenyataan berikutnya adalah lingkungan hidup yang berperan ganda sebagai modal pembangun dan penopang sistem kehidupan dimana air bersih sudah mulai terasa langka di beberapa daerah di Indonesia. contohnya saja di Jakarta untuk memperoleh air bersih adalah hal yang sulit karena air sudah tercemar dengan berbagai limbah. Sehingga seorang Profesor dalam sebuah kuliah umum mengatakan bahwa indikator kekayaan seseorang adalah adanya air bersih sebab semakin hari air bersih semakin rawan.

Selanjutnya adalah dari 10 orang terdapat 2 orang yang mengalami anemia, bisa dibayangkan betapa banyaknya orang yang menderita anemia namun mengapa anggaran untuk kesehatan sebahagian besar hanya mengalir kepada kasus HIV/AIDS sementara penderita anemia begitu besar dan umumnya mengenai remaja, dan ini sangat berisiko ketika melahirkan yang sangat rawan terhadap pendarahan yang bisa berujung kepada kematian.

Oleh karena itu untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan, agar kiranya dapat bersama-sama bukan hanya membebankan kepada orang kesehatan saja dalam berjuang mencegah penyakit namun bersama dengan seluruh masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan terhadap terjadinya penyakit-penyakit tersebut, yang sebenarnya masih banyak namun itu adalah penyakit yang sudah mewabah di masyarakat dan butuh kebersamaan dan upaya maksimal untuk menyelesaikannya.

Sampai di sini dulu saya memaparkan sedikit masalah realitas kesehatan di Indonesia.

Trims ^_^

0 komentar: