Sunday, December 25, 2011

Pengaruh Pola Konsumsi Ibu Hamil Hubungannya Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.

KERANGKA BERFIKIR

Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal(5). Hb merupakan zat yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk ke tubuh janin yang dikandung oleh ibu, sehingga jika terjadi anemia pada ibu hamil, maka proses pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh tersebut akan mengalami gangguan(1). Gejala umum anemia seperti: lesu, letih, pucat, cepat lelah, berkunang-kunang dan gampang mengantuk merupakan gejala klinis yang mudah diketahui (16). Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89%, dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya, sehingga angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi(20). Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi(19). Studi di Singapura mengkonfirmasi bahwa anemia defisiensi besi adalah merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil, dan  menjadi masalah kesehatan di negara berkembang dan di  negara maju. Di Indonesia, sebagian besar penyebab anemia juga karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin(21).

Kejadian kasus Anemia masih tinggi karena pada umumnya kesadaran ibu hamil masih rendah dalam memperhatikan pentingnya pencegahan anemia dan bahaya kekurangan asupan zat besi(10). Kekurangan zat besi di dalam tubuh disebabkan oleh kekurangan konsumsi zat besi yang berasal dari makanan atau rendahnya absorpsi zat besi yang ada dalam makanan.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Indonesia mengkonsumsi pangan pokok, pangan hewani, sayur dan buah dalam jumlah yang tidak memadai, padahal  kesemua jenis pangan tersebut adalah sumber zat besi (21). Faktor utama yang berperanan terhadap kekurangan besi adalah asupan makanan yang mengandung zat besi rendah dari ibu hamil, hal ini disebabkan ibu hamil mengkonsumsi asupan energi dan zat besi yang rendah dalam makanan sehari-hari(18) serta faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya(6) . Rendahnya asupan besi pada bumil dilandasi oleh beberapa alasan; perbedaan bioavailabity makanan yang mengandung besi yang umumnya tinggi pada negara maju dibandingkan negara berkembang, yang umumnya mengkonsumsi biji-bijian yang mempunyai bioavailability(15,18). Ketersediaan zat besi dari makanan yang tidak terserap oleh tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami anemia gizi besi, saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil dan untuk kebutuhan zat besi pada masa hamil seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, dengan demikian risiko anemia zat besi pada ibu hamil semakin besar(2).. Prevalensi anemia defisiensi besi di dunia berkisar antara 20-50%, prevalensi anemia di Indonesia bervariasi setiap daerah yaitu antara 38,0% - 71,5% persen dan rata-rata sekitar 63,5%(10). Prevalensi anemia diketahui dapat dipengaruhi oleh banyak perbedaan regional dalam dunia sekarang ini. Banyak orang dari negara-negara berkembang telah hidup pada sereal yang monoton atau kacang-kacangan berbasis diet dan memiliki sedikit akses ke protein hewani atau berbagai macam buah-buahan dan sayuran. Bahkan ketika makanan tersebut tersedia, beberapa kepercayaan budaya yang menghambat wanita hamil untuk tidak mengambil makanan seperti yang lagi-lagi menjadikan mereka pada risiko mikronutrien deficiencies(23).
.
Ibu hamil yang menderita anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal(12). Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan bahkan dapat menyebakan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat(3,11,17,22) . Penelitian yang pernah dilakkan di Indramayu menunjukkan pengaruh antara anemia pada ibu hamil trisemester III terhadap kejadian berat lahir rendah, dimana risiko untuk melahirkan bayi BLR adalah sebesar 1,74 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia(9). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan(19).

Anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil, dan secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan (Post-partum hemorrhage)(4). Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi(5). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah (19). Selain itu, masih banyaknya ibu hamil yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor risiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Risiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian (13). Ibu anemia berat dengan Hb < 8g/L memiliki faktor risiko kematian lebih besar dibandingkan anemia sedang (14).

Pencegahan dan perawatan ibu hamil dengan anemia dapat dilakukan dengan perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat serta mengkonsumsi bahan kaya protein, zat besi dan asam folat pada saat kehamilan(2). Walaupun wanita hamil berhenti menstruasi, tambahan besi tetap diperlukan untuk fetus, plasenta dan peningkatan volume darah ibu. Jumlah ini mendekati 1000 mg besi, lebihbesar ketika memasuki awal kehamilan. Kebutuhan per hari selama kehamilan meningkat dari 0,8 per hari dalam trisemester pertama naik menjadi 6.3 mg per hari dalam trisemester ketiga(14). Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari. Diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan(16).  Tak kalah pentingnya adalah upaya mengidentifikasi adanya defisiensizat gizi mikro lain (yang ikut bertanggung jawab pada kejadian anemia) yang mungkin terjadi(7) dan pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat perlu terus ditingkatkan untuk memotivasi ibu hamil agar lebih meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi agar tidak mengalami anemia(8).Di Thailand, ada kebijakan nasional untuk mencegah dan mengobati anemia selama kehamilan seperti besi suplemen dan program skrining talasemia(22). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Pengaruh  Pola Konsumsi Ibu Hamil Hubungannya Dengan Kejadian  Anemia Pada Ibu Hamil.

 Referensi :
1.         Amiruddin, Ridwan. 2006. Risiko Asap Rokok dan Obat-obatan Terhadap Kelahiran Prematur  Di Rumah Sakit St. Fatimah Makassar. Jurnal Medika Nusantara. Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

2.         Anonim.  2008.Anemia. http://bumikupijak.com. Akses 28 Oktober 2009.
3.         Azam, Mahalul. Hubungan Kenaikan Berat Badan LILA dan Kadar Hemoglobin Dengan Berat Bayi Lahir Bumil Boyolali Tahun 2005. Kemas Vol2/No.1/ Juli-Desember 2006.

4.         Chahaya, Indra. 2003. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5.         Ermawati, dkk. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Ibu Hamil Di Indonesia. Artikel ilmiah New Paradigm For Public Health.

6.         Herlina, Nina, dkk. 2005. Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan.

7.         Hertanto. 2006. Tak Cukup Dengan Suplementasi Besi Folat. Suara Merdeka.
8.         Indriasari,dkk. Efektivitas Program Supplementasi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Pengunjung ANC klinik di Nam Phong Khon Kaen, Thailand. MKMI No.03, Volume 01, Maret-Mei 2005.

9.         Hidayanty, Healthy. Status Gizi Ibu Hamil dan Kejadian BBLR. MKMI No.1 Volume 02 Januari-Maret 2006.

10.     Kusmiati, Sri, dkk. Studi Validitas dan Reliabilitas Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dengan Metoda Sahli dan Metoda Talqvist Untuk Deteksi Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Wilayah Bojonagara Kota Bandung. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

11.     Lubis, Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirkan.

12.     Mardiwiono. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dengan Status Anemia Dalam Kehamilan Di Puskesmas Kalibawang. Artikel kesehatan.

13.     Mass, Linda. 2004. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Unversitas Sumatera Utara.
14.     Prihananto.2004. Fortifikasi Pangan Sebagai Upaya Penanggulangan Anemi Gizi Besi. Sekolah Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

15.     Seri, Luh, dkk. 2004. Perbandingan Efek Suplemen Besi Pra-Hamil dan Selama Kehamilan Dalam Upaya Menurunkan Anemia Defisiensi Besi Pada Wanita Hamil Dengan Anemia Ringan Di Bali. Doctorate Program in Medicine, School for Postgraduate Study. Unversitas Udayana.

16.     Suartika, Wayan. 1999. Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bualemo, Sulawesi Tengah. Cermin Dunia Kedokteran No.124.

17.     Surasih, Halym. 2005. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keadaan Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

18.     Taslim, dkk. 2005. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan Tablet Besi Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Yang Menderita Kurang Energi Kronik Di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jurnal Medika Nusantara Vol.26. No.1.

19.     Wahyuddin. 2004. Studi Kasus Kontrol Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Bantimurung. Medical Faculty of Hasanuddin University.

20.     Hamid, Huzaifah. 2009. Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Daerah Rawan Pangan Di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Biologi online.

21.     Patimah. 2005. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya Dengan kejadian Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil, J. Sains & Teknologi, Desember 2007, Vol. 7 No. 3.

22.     Sukrat, Bunyarit.  The Prevalence and Causes of Anemia During Pregnancy in Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, Chiang Mai University, Chiang Mai. J Med Assoc Thai Vol. 89 Suppl. 4 2006.

23.      Kisioglu, Nesimi,dkk. Anaemia prevalence and its affecting factors in pregnant women of Is-parta Province. Biomed Res (India) 2004; 16 (1): 11-14.

0 komentar: