Friday, May 18, 2012

Kearifan Lokal


Pada tanggal 08 bulan 4 tahun 2012 yang lalu saya mengikuti Workshop di Aula dr. Amiruddin Fak. Kedokteran UNHAS dengan tema Budaya lokal mewarnai anak bangsa melalui tulisan.

Acara dimulai pukul 08.00, oleh MC yang dilanjutkan dengan tilawah dan sambutan-sambutan yang dimuali dari Ketua FLP Ranting UNHAS, WR. 3 UNHAS.disela-sela sambutan bapak WR. 3 memberikan ilustrasi tentang slogan UNHAS tentang MARITIM yang artinya :
M = Manusiawi,
A = Arif,
R = Religius,
I = Integritas,
T = Tangguh,
I = Inoveatif,
dan M = Mandiri.
dikatakan pula bahwa Inspirasi banyak muncul melalui budaya dengan budaya yang tinggi akan menciptakan banyak tulisan, sebagaimana di contohkan mengapa beras yang ditaburi untuk tari padduppa saat ada tamu penting yang datang untuk budaya orang Bugis Makassar sebab begitu tingginya penghargaan kepada tamunya sampai beras yang dianggap begitu mulia untuk orang bugis makassar ditaburkan, kemudian mengapa saat menikah mesti membawa kepala ? maknanya adalah agar orang luar sampai ke dalam membawa manfaat bagi orang lain. Terakhir dikatakan bahwa menulis sepanjang di baca orang maka amal jariah akan mengalir terus. Demikianlah sambutan sekaligus mengantar seluruh peserta mengetahui sedikit tentang tema workshop tersebut.

Mengawali materi yang pertama maka moderator menyampaikan sebuah kata bahwa kreatif bukan apa yang kita cari tapi apa yang kita temukan. adapun pemateri yang pertama adalah Dul Abdurrahman seorang penulis terkenal dengan berbagai novel, cerpen yang telah ia tulis salah satunya yang berjudul pohon-pohon rindu, dan lagaligo.

Seiring dengan bergeraknya waktu hal-hal berbau lokal sudah tercabut dari akarnya, sehingga perlu dikaji dan diperhatikan. Hal menarik yang diungkapkan oleh pemateri yang pertama adalah "mate maddara" yang artinya orang bugis senang kerja membanting tulang, orang bugis pantang ditraktir, melainkan dirinyalah yang senang meneraktir orang karena persoalan malu meskipun terkadang tidak punya uang pantang ditraktir, budaya malu yang sangat ditanamkan. "Reso Tamangingngi" yang artinya bekerja dengan sungguh-sungguh dengan disertai dnegan do'a, budaya Makassar "Ejapi na doang" artinya seseorang dikenang karena karyanya. simbol budaya orang bugis makassar adalah perahu yang artinya sekali sudah berlayar pantang untuk kembali kalau perlu tenggelam, karena budaya malu yang ditanamkan. "Teai tau bugis makassar punna tena na loko bokoanna" artinya orang bugis makassar tidak pernah lari dari kenyataan, orang bugis makassar pantang untuk berutang dan selalu untuk memberi, setiap masalah selalu mencari jalan untuk menyelesaikan masalah.

Dalam kesempatan itu pula pemateri membahas tentang perihal sosial kemasyarakatan orang bugis makassar yang dikenal dengan ladung (seseorang melakukan perbuatan tercela akan diikat di pohon dan dilempari batu, atau dipaoppangi tanah yang artinya harus meninggalkan daerah karena membuat malu), orang bugis makassar di modali perahu untuk meninggalkan kampung sebab orang bugis makassar sangat mempertahankan harga diri dan masih banyak sekali hal-hal yang diceritakan yang bagi saya adalah hal yang sangat menarik untuk diungkapkan dan dikembangkan dalam bentuk tulisan, hingga selesainya acara ini terdapat 6 orang pemateri yang membahas tentang bagaimana budaya lokal mewarnai anak bangsa melalui tulisan.

Demikianlah yang dapat saya sharing dan terima kasih atas perhatiannya Wassalam.



0 komentar: