Wednesday, May 9, 2012

Tinjauan Survailans Kesehatan Ibu


1.    Definisi
Surveilans kesehatan ibu adalah kegiatan analisis secara sistematis dan kontinyu terhadap kondisi dan masalah-masalah kesehatan ibu untuk dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan diseminasi informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan ibu.
2.    Tujuan Program Surveilans Kesehatan Ibu
a.    Tujuan Umum
Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
b.    Tujuan khusus
a)     Meningkatnya kemampuan kesehatan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan ibu itu sendiri, dasa wisma, penyelenggaraan posyandu dan sebagainya.
b)     Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui dan akseptor KB.
c)     Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui dan akseptor KB.
d)     Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggota untuk mengatasi masalah kesehatan ibu.
3.   Kegiatan Surveilans Kesehatan Ibu
            Kegiatan surveilans kesehatan ibu yang sebaiknya dilakukan adalah melakukan pemantauan secara terus menerus yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ataupun kader kepada ibu hamil, ibu bersalin ataupun ibu menyusui. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:
a.    Mencatat dan menandai rumah ibu hamil dengan memasang stiker P4K di depan rumah ibu hamil.
b.    Mencatat kondisi ibu hamil setiap bulannya, seperti : umur kehamilan, risiko kehamilan, pemberian imunisasi TT, pemberian pil tambah darah, dan pemberian kapsul yodium.
c.    Melakukan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan ibu serta menyiapkan transportasi bila sewaktu-waktu ibu hamil akan melahirkan untuk dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
d.    Mencatat setiap persalinan yang terjadi di wilayah Posyandu, yang meliputi : nama anak, nama orang tua, tanggal lahir, anak ke berapa, jenis kelamin anak, siapa penolong persalinan, kondisi anak baru lahir (hidup atau mati), dan berapa berat badan anak baru lahir.
e.    Segera melaporkan kepada bidan wilayah atau petugas kesehatan terdekat bila dijumpai :
1)    Bila ada ibu hamil baru
2)    Dijumpai ibu hamil dengan tanda-tanda bahaya sesuai dengan petunjuk di buku KIA.
3)    Dijumpai ibu hamil yang akan bersalin dengan tanda bahaya sesuai petunjuk di buku KIA.
4)    Dijumpai ibu nifas dengan tanda bahaya sesuai dengan petunjuk di buku KIA.
5)    Dijumpai ada kejadian kematian ibu di wilayahnya.
4.    Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam surveilans kesehatan ibu adalah sebagai berikut:
a.    Daftar ibu hamil
b.    Risiko kehamilan
c.    Cakupan imunisasi TT
d.    Persentase persalinan oleh nakes
e.    Laporan kematian ibu
f.     Jumlah akseptor KB
5.    Sumber Data Surveilans Kesehatan Ibu
Adapun sumber data yang digunakan dalam surveilans kesehatan ibu adalah sebagai berikut:
a.    Data dari Polindes
b.    Data dari Poskesdes
c.    Data dari Posyandu
d.    Data dari Puskesmas
e.    Data dari pihak swasta, yakni Rumah Sakit Swasta maupun Rumah Sakit Bersalin Swasta.
6.    Komponen Surveilans Kesehatan Ibu
Komponen-komponen kegiatan surveilans kesehatan ibu adalah sebagai berikut :
a.    Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan ada hubungannya dengan kesehatan ibu. Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi adalah untuk menentukan masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan ibu, untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat masalah kesehatan ibu secara keseluruhan.
b.    Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.
c.    Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada  atasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.
7.    Atribut Surveilans
a.    Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.
b.    Fleksibilitas (Flexibility).
Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.
c.    Dapat diterima (Acceptability).
Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan. lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.
d.    Sensitivitas (Sensitivity).
Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi adanya KLB. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :
1)     Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan
2)     Kemampuan mendiagnosa secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnosa akan dilaporkan
3)     Keakuratan data yang dilaporkan
e.    Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)
Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans. Nilai Prediktif Positif menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.
f.     Representatif (Representative).
Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang penting.
g.    Tepat Waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam sistem surveilans dapat dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan program dalam jangka panjang. Tekhnologi komputer dapat sebagai faktor pendukung sistem surveilans dalam ketepatan waktu penyediaan informasi.

0 komentar: