Wednesday, May 9, 2012

Tinjauan Tentang Kesehatan Ibu


1.    Definisi
Upaya Kesehatan ibu adalah upaya dibidang kesehatan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan ibu yang meliputi ibu hamil, ibu melahirkan dan  ibu menyusui dengan tujuan penurunan angka kematian ibu (AKI).
2.    Analisis Situasi
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi yang lazim muncul, yaitu pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, masih ada faktor lain yang juga cukup penting misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik serta kebijakan juga berpengaruh.
Kaum lelaki pun dituntut harus ikut aktif dalam segala permasalahan reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan saat melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosial budaya agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.
Desentralisasi bidang kesehatan juga akan menjadi tantangan penting di tahun-tahun mendatang. Perubahan peran dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah belum secara jelas terdefinisikan dan dipahami. Institusi-institusi pemerintahan masih perlu menyesuaikan diri dengan wewenangnya yang baru, sementara jaringan dan koordinasi di setiap level administrasi perlu terus diperkuat. Dengan penganggaran yang juga didesentralisasikan, daerah dengan kemampuan keuangan yang rendah akan mengalami kesulitan untuk mengalokasikan anggaran kesehatannya karena harus pula memperhatikan prioritas-prioritas pembangunan lain. Dalam hal ini, pusat dapat memainkan peran penting untuk membantu kabupaten/kota dalam mengelola sumber daya mereka. Setiap upaya dalam advokasi sangat penting untuk menjamin bahwa komitmen untuk meningkatkan kesehatan ibu dapat dilaksanakan pada setiap tingkatan.














Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu  melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamsi dan infeksi.
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan..
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24%), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%).











Berdasarkan kesepekatan internasional, tingkat kematian maternal (maternal Mortality Rate) didefinisikan sebagai jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran hidup.
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90% persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66% dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73% dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.
Pertolongan persalinan masih ada yang menggunakan tenaga dukun, ini dilihat dari 35 % persalinan yang ditolong oleh dukun, sedangkan untuk tempat persalinan di banyak di lakukan di rumah yakni 54 % dibandingkan di rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta, berikut adalah grafiknya:









Tingginya angka kematian ibu dilatarbelakangi oleh:
1)    Banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun sekitar 30%, walaupun sebagian besar perempuan bersalin di rumah (70%), tenaga terlatih seharusnya dapat membantu mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat. Proporsi persalinan yang ditolong oleh  tenaga kesehatan terlatih terus meningkat dari 40,7% pada  1992 menjadi  68,4% pada  2002. Proporsi ini juga berbeda  cukup  jauh mengikuti  tingkat  pendapatan.  Pada  ibu  dengan  dengan  pendapatan  lebih tinggi, 89,2 persen  kelahiran ditolong oleh  tenaga kesehatan, sementara pada golongan berpendapatan rendah hanya 21,39%. Hal ini menunjukkan tidak meratanya akses finansial terhadap pelayanan kesehatan  dan  tidak  meratanya  distribusi  tenaga terlatih terutama bidan.
2)    Derajat kesehatan ibu masih rendah pada saat hamil, bahkan sebelum hamil. Sekitar 40 % ibu hamil menderita anemia, 30% beresiko kurang energi kronis dan sekitar 65 % ibu hamil dengan keadaan “4 terlalu” yaitu: terlalu muda usianya, terlalu tua usianya, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak anak. Pemantauan kehamilan secara  teratur  sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian  ibu.
3)    Rendahnya status perempuan yang mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga untuk mencari pertolongan. Hal ini dikenal dengan “3 terlambat” yaitu terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan pengambil keputusan untuk mencari pertolongan berkualitas, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan.  Masalah utama dalam pengelolaan tenaga kesehatan adalah distribusi sumber daya manusia kesehatan kurang merata. Penyebaran tenaga medis lebih banyak tersedia di daerah dengan sosial ekonomi daerah yang lebih maju, sementara  di daerah terpencil dan sangat terpencil banyak yang tidak memiliki tenaga medis. Demikian halnya dengan distribusi bidan desa. Hampir seluruh desa sudah mempunyai bidan desa tetapi pada kenyataannya di lapangan banyak desa yang tidak memiliki bidan.
            Untuk mengetahui permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi oleh program kesehatan untuk meningkat kesehatan ibu sehingga menurunkan angka kematian ibu maka digunakan kajian manajemen strategi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness,Opurtunity dan Treath).
1.    Strength ( Kekuatan)
a.    Penempatan program yang sangat baik ( Program Ibu, Wanita Usia Subur dan program keluarga berencana).
b.    Adanya sistem dan teknologi seperti sistem data untuk pemantauan kesehatan ibu
c.    Jaringan kerjasama yang sangat baik dalam peningkatan kesehatan ibu
d.    Dukungan dari berbagai lapisan masyarakat terhadap kesehatan ibu hamil serta ibu menyusui
e.    Program kesehatan ibu tingkat masyarakat yang efektif dan efisien
2.    Weakness (Kelemahan)
a.    Pencapaian program tidak tercapai karena masyarakat sudah merasa lebih baik dan tidak butuh program untuk kesehatan ibu.
b.    Keterbatasan akses teknologi yang menyangkut hal-hal tentang kesehatan ibu
c.    Kurangnya materi pendidikan dan pelatihan mengenai kesehatan ibu
d.    Faktor keadaan ekonomi keluarga yang sangat rendah yang membuat banyaknya ibu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
e.    Kurangnya sumber daya keuangan/pendanaan yang tidak memadai sehingga pelaksanaan program-program kesehatan ibu tidak berjalan secara efektif dan efisien.
f.     Faktor transportasi yang sangat sulit untuk mengakses pusat pelayanan kesehatan.
g.    Kurangnya program-program berbasis masyarakat dalam upaya mendukung peningkatan kesehatan ibu.
3.    Opportunity (Peluang)
a.    Melakukan pendidikan dan pelatihan melalui teknologi
b.    Mengembangkan koalisi untuk mengkoordinasikan pelayanan kesehatan ibu
c.    Menyediakan kesempatan pendidikan bagi penyedia layanan kesehatan terutama bagi tenaga kesehatan (bidan) dan kader-kader desa.

4.    Treaths (Ancaman / Gangguan)
a.    Kurangnya sumber daya keuangan/pendanaan terhadap program kesehatan ibu
b.    Kurangnya berpikir kreatif untuk menemukan strategi-strategi jitu dalam hal kesehatan ibu
c.    Ketidaktahuan dan isu-isu teritorial
d.    Kurangnya SDM yang memberikan pelayanan kesehatan ibu

0 komentar: